Bagaimanakah Sejarah & Apa Maknanya Hari Raya Galungan atau Hari Raya Kuningan bagi Umat Hindu?
bekasi-online.com, Sabtu, 12 Agustus 2023, RasmilawantiRustam (detik.com)
Hari Raya Kuningan dirayakan setiap 6 bulan atau 210 hari sekali sesuai penanggalan kalender Bali, yakni hari Saniscara (Sabtu) Kliwon, Wuku Kuningan. Dalam satu bulan kalender Bali berjumlah 35 hari.
Hari Raya Kuningan adalah salah satu hari besar Agama Hindu. Lantas bagaimana sejarah Hari Raya Kuningan dan apa maknanya? Simak berikut penjelasannya, detikers.
Baca juga: Yuk ikutan Polling ke-2 Mengetahui Siapa Calon Walikota Bekasi 2024?
Baca juga: Masa Jabatan Plt Walikota Bekasi, Tri Adhianto Akan Berakhir 20 Sep 2023 Besok Bareng 15 Kepala Daerah Lainnya
Sejarah Hari Raya Kuningan
Menurut Lontar Purana Bali Dwipa, Hari Raya Kuningan pertama kali dirayakan tahun 882 Masehi. Umat Hindu merayakan hari raya kemenangan dharma melawan adharma ini sejak sekitar 1.200 tahun silam.
Pada saat Hari Raya Kuningan umat Hindu memberikan persembahan kepada para leluhur. Mereka memohon kemakmuran, perlindungan, keselamatan dan juga tuntunan ke hadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa.
Pelaksanaan upacara ataupun persembahyangan hanya dilakukan setengah hari saja. Umat Hindu sudah harus selesai melakukan persembahyangan sebelum jam 12 siang.
Menurut kepercayaan umat Hindu, sebelum siang hari, energi alam semesta seperti kekuatan pertiwi, akasa, apah, teja dan bayu (Panca Mahabutha) mencapai klimaksnya. Sedangkan setelah siang hari saat memasuki masa pralina, energi tersebut sudah kembali ke asalnya, termasuk para Pitara, Bhatara dan Dewa sudah kembali ke sorga.
Makna Hari Raya Kuningan
Pada Hari Raya Kuningan, umat Hindu memberikan persembahan berupa sesajen yang berisi nasi kuning. Persembahan nasi kuning ini sebagai lambang sebuah kemakmuran yang telah dianugerahkan sang pencipta.(1)
Ada berbagai persembahan yang dilakukan di Hari Raya Kuningan. Sesajen yang dihaturkan di palinggih utama, berisi tebog, canang meraka, pasucian dan canang burat wangi.
Sementara di palinggih yang lebih kecil, ada sesajen berisi nasi selangi, canang meraka, pasucian, dan canang burat wangi. Adapun persembahan pengambeyan berisi nasi kuning, lauk pauk dan daging bebek itu dipersembahkan di kamar suci atau tempat membuat sesajen.
Ada juga persembahan dilakukan di palinggih semua bangunan atau pelangkiran diisi gantung-gantungan, tamiang, dan kolem. Untuk setiap rumah tangga membuat sesajen berisi sesayut prayascita luwih nasi kuning dengan lauk daging bebek atau ayam.
Adapun perlengkapan Hari Raya Kuningan yang khas, seperti endongan sebagai simbol persembahan kepada Hyang Widhi. Sedangkan tamyang sebagai simbol penolak malabahaya dan kolem sebagai simbol tempat peristirahatan hyang Widhi, para dewa dan para leluhur.