D'Lima Resto Jatibening

Sehatnya Selat Solo Plus Khasiat Jahe Madura
Resto Keluarga yang pas buat Meeting Point di Jl Ratna

Kelezatan Otak Kambing, Tengkleng + Selat Solo
Jatibening - bukankelanakuliner.com
Jalan Ratna kini tidak lagi sesepi 2 tahun lalu. Jalan alternatif dari Kalimalang via Jatibening menuju Jatimakmur dan Jatiasih ini memang sudah termasuk satu jalan ramai di wialayah Kota Bekasi. Di samping beberapa komplek perumahan yang ada di sepanjang jalur ini, kini semakin marak resto dan pusat wisata kuliner, Salah satu tempat yang jadi pilihan kulinerkuliner kali ini adalah D'Lima Resto.


Konsep makanan sehat dengan harga terjangkau serta atmosfer etnis dan alam terbuka. Bukan saja punya view nyaman yang di dapat di resto seluas 200 meter per segi di atas tanah 1080 meter per segi itu dengan kapasitas 15-an mobil. Resto ini buka dari Jam 10.00 s/d jam 22.00. Khusus untuk Sabtu Minggu buka dari jam 08.00 sampai jam 22.00.

Sajian sehatnya adalah Selat Solo dan Wedang Jahe Madura. Bila zaman dulu makanan khas para penghuni kraton ini yang juga favorit para putri keraton adalah Selat Solo, maka kini Selat Solo bisa dinikmati oleh siapa saja tentunya dengan harga terjangkau. Demikian pula halnya dengan wedang jahe Madura yang sengaja dikombinasikan sebagai minuman sehat buat siapa saja dan untuk semua umur. Uniknya lagi minuman pedas dan nikmat disajikan panas maupun dingin ini  bisa diminum kapan saja. "Bahkan ada pelanggan kami yang minumnya pagi hari setiap hari," cerita pak Yoyok tentang minuman Jahe Maduranya yang dikenal umum sebagai minuman khusus malam hari.

Minuman Jahe Madura ini didapatkan secara khusus oleh sang pengelola Tri Pantjoro, atau akrab dikenal Pak Yoyok. "Saya dapatkan sewaktu saya bertugas di harian Surya Jawa Timur, dimana saat itu saya sedang bertugas ke Madura. Dari sanalah saya mendapatkan minuman khas Madura yang saya pikir bisa jadi minuman unggulan di tempat ini." jelas si Manajer Umum D'Lima yang juga memiliki counter minuman ini..

Bila minuman sehatnya dibuat dengan jahe jamu yang umumnya berukuran lebih kecil daripada jahe biasa dan rasanya jauh lebih pedas. "Rasanya memang lebih nendang," tutur pak Yoyok. Bahkan dia menambahkan pernah anaknya sakit demam diminumkan wedang jahe Madura ini dan cepat sembuh. Padahal sebelumnya sang anak telah dikasih oleh neneknya minuman wedang jahe biasa yang dibakar dulu jahenya sebelum disajikan. Tapi ternyata rasanya kurang begitu mantap dan efeknya juga kurang begitu berkhasiat untuk menghilangkan sakit. Kalau jahe kami ini tidak perlu dibakar, cukup ditumbuk gepeng dimana getahnya bisa keluar dan langsung dimasak dengan air hingga mendidih.


"Setelah minum wedang jahe seperti yang saya punya, barulah anak saya merasa jauh lebih," ungkapnya tersenyum. Dia pun menambahkan bahwa anaknya saat itu sudah dinyatakan sakit asma oleh dokter dan telah minum wedang jahenya sembuh total, "Alhamdulillah sekarang anak saya sehat sembuh total dari penyakitnya dan kini kuliah di UGM semester 8, bahkan sudah jadi asisten dosen," papar lelaki beranak 3 ini senang dengan khasiat wedang jahe Maduranya.


Kalau minumannya yang muantap dan nendang sudah saya teguk baik yang panas maupun yang dingin. Maka lebih lengkap lagi saya mencoba menikmati Selat Solo yang berpenampilan borjuis ini. Hehehehe, jarang-jarang kan makan makanannya para bangsawan.

Selat Solo memang dikenal sebagai makanan favorit putri keraton Solo yang disajikan dari potongan daging sapi dengan tekstur lembut (biasanya tenderloin) dengan sayuran seperti buncis, potongan kentang (wedges), potongan wortel, tomat dan selada hijau. Dan untuk sajian lainnya maka Tengkleng Solo di D'Lima Solo termasuk yang lebih membumi. "Gimana nggak membumi, tengklengnya kan terbuat dari tulang-tulang kambing dengan potongan kaki dan isi kepala." Khusus untuk isi kepala kambing, saya diberi sajian otak kambing dengan kuah tengkleng yang dibungkus dengan daun pisang dan sebuah cabe rawit merah. Hmmmm muantap banget!

Satu mangkuk tengkleng asli Solo yang dibuat dari tulangan ini hanya dibuat dari 4 macam bumbu rempah. Tapi soal rasa jangan ditanya, poko'e top markotop lah seperti kata pak Bondan di TransTV. (Hehehe, kayaknya memang pak Bondan harus berkunjung ke tempat ini deh, buat membuktikannya!)

Sang pemilik, Ibu Indah Vitriani, atau kerap dipanggl ibu Vivit menjelaskan bahwa sajian Tengklengnya merupakan salah satu makanan favorit pelanggannya. "Yah meskipun baru buka seminggu ini, tapi para pelanggannya datang hampir tiap hari ke sini dan memesan menu yang sama," cerita wanita kelahiran 24 Februari ini kepada kulinerkuliner.com.

"Tengkleng sajian kami ini, memang warisan dari orang tua saya," tambah wanita beranak 2 ini. "Dan menurut pendapat keluarga saya, khususnya bapak saya pernah membawa makanan khas Solo ini ke Jakarta saat salah satu koleganya seorang jenderal di satu angkatan memesan menu tengkleng dalam jumlah porsi banyak. Menu asli tengkleng yang orisinal yang cenderung bening dan agak kekuningan seperti sajian kami ini," jelasnya seolah berpromosi. Dia pun tak menampik bila ada masukan dari pelanggannya bila menginginkan menu sajian lainnya sesuai selera dan permintaan mereka.

Resto D'Lima punya arti dari lima keluarga. Kebetulan tadinya sang pemilik ibu Ati Abimanyu, yang mempunyai 5 orang adik, tapi akhirnya resto ini dialihkan kepada 5 orang kolega dekatnya sehingga kini D'Lima Resto mempunyai 5 counter sajian menu makanan, dan 1 counter sajian minuman. "Yah masih sesuai lah dengan konsep awalnya D'Lima," pungkas ibu Vivit, wanita paruh baya dan masih berpenampilan cantik ini.

Sidik Rizal

Post a Comment

Silakan Anda memberi komentar sebebasnya sepanjang tidak menyangkut masalah SARA dan pornografi serta kekerasan. Harap menggunakan kata-kata yang bijak dan efektif serta bermanfaat.

Lebih baru Lebih lama