Wahyu Saidi: Perjalananku Jadi si Tukang Bakmi - Bab 3 - BERANI BERUBAH

Untuk maju kita perlu berubah. Tapi walaupun sudah berubah, belum tentu jadi maju. Perubahan belum menjamin adanya kemajuan. Kuburan bisnis dipenuhi oleh perusahaan-perusahaan yang tidak dapat berubah.
Energi hidup dilahirkan karena adanya perubahan. Matahari yang memberikan energi terbesar kepada kita di bumi ini permukaannya penuh dengan letupan-letupan. Manusia dulu membuat api dari bunga api yang didapat dari membenturkan dua batu. Turbin energi listrik dapat berputar karena adanya aliran air terjun. Ada berjuta liter air yang berpindah dari bidang tinggi ke bidang yang lebih rendah. Keseimbangan tata surya terjadi karena planet dan bintang dalam kondisi saling berrotasi dan berevolusi, bukan statis tidak bergerak.
Ketika belum merasa mapan, manusia sangat ingin berubah. Semua hal dilakukan demi terjadinya perubahan. Kita berangkat sekolah, sampai satu masa ketika tidak ada perguruan tinggi ditempat kota tempat tinggal, kita bersedia untuk pindah, menginggalkan orang tua dan kampung halaman, menjadi anak kos.
Tamat sekolah kita bekerja, tidak puas dengan satu tempat kerja kita mencari tempat kerja baru, melamar lagi dan sebagainya.
Sampai suatu saat kita mendapatkan kenyamanan, kemapanan. Pada saat ini kita menjadi takut berubah bahkan mengharapkan sesuatu yang mustahil, semoga tidak ada lagi perubahan di dunia ini. titik semakin besar kita
Apa yang menyebabkan orang takut berubah? Karena banyak orang yang takut untuk meninggalkan keadaan yang sudah nyaman. Karena sudah stabil, sudah enak, sudah bahagia, mengapa harus melakukan itu? Tetapi seringkali kita lupa, bahwa hari ini tidak akan pernah sama dengan hari kemarin, dan hari esok pasti tidak sama dengan hari ini.
Memilih jalan hidup sebagai pebisnis adalah suatu perubahan besar, sementara setelah dijalani maka pebisnis harus selalu siap berubah. Pekerja profesional berbeda dengan pebisnis, perofesional bekerja keras dengan menyerahkan hasil kerjanya kepada atasannya. Pekerja profesional sepulang dari tempat kerja “isi kepalanya” relatif beristirahat. Betapapun tinggi jabatannya masih ada atasan yang lebih bertanggung jawab atas hasil kerjanya. Masih ada tempat bersandar, , dengan resiko terbesar adalah dipecat
Sedangkan pebisnis berada di ujung tombak, di garda depan. Tidak ada tameng atau tempat bersandar, resiko terbesar yang dihadapi adalah habis, bangkrut dan mati.
Posisi di garda depan ini membuat pebisnis harus selalu waspada, selalu bersedia dan berani berubah. Karena yang dihadapi adalah para pesaing langsung, pesaing yang tidak ingin kalah, yang juga ingin menjadi pemenang. Dengan kreativitas dan kerja keras mungkin suatu saat kita mampu menjadi pemenang. Tetapi dunia terus berubah, pelanggan yang dipuasi suatu waktu mungkin menuntut lebih banyak di masa depan. Pesaing yang tersisih akan berpikir dan bekerja lebih keras lagi kalau ia tidak ingin mati. Sementara itu akan lahir pesaing-pesaing baru yang timbul setelah melihat kita sukses.
Perubahan memang sesuatu yang tidak gampang. Sebagai pekerja profesional di perusahaan besar yang menjadi tukang bakmi, saya mengalami benturan dan perubahan besar dari sisi fisik, spritual, emosional dan mental.
Secara fisik sebagai profesional saya mempunyai jadwal kerja yang tetap. Pagi sarapan, menyapa anak bersepatu mengkilap, berkemeja rapi sesekali memakai jas. Di kantor aktivitas penuh dan dasi tidak pernah lepas dari leher. Sore hari kalau tidak lembur, pulang disambut anak di pintu pagar, kadang-kadang masih sempat mengajak mereka keluar sekedar membeli makanan kecil atau mainan.
Pada awal sebagai tukang bakmi, jam 5.00 saya harus sudah siap di Pasar Pulo gadung, agar tidak kehabisan ayam betina afkir atau untuk mendapat caisim (sawi hijau) yang masih segar. Jam 6.00 berdesakan dengan belanjaan di atas bajaj. Mobil saya ketika itu sedan, tidak cukup dan tidak cocok untuk membawa belanjaan. Jam 7.00 mandi, memakai pakaian kaos dan sepatu sandal. Sarapan dan menyapa anak yang akan berangkat sekolah.
Siang hari menjadi tukang bakmi sejati, memotong sayur, mengelap meja, mencuci piring dan sebagainya adalah kegiatan rutin harian. Sore hari sampai magrib kegiatan sedikit lowong, kadang dipaksakan pulang ke rumah. Sesudah magrib kegiatan memuncak lagi, sampai rumah makan tutup jam 22.00. Masih ada beres-beres dan evaluasi hari berjalan. Sampai di rumah sekitar ja 23.00 malam.
Ini cerita perubahan fisik dan irama kerja. Dapat diraba perubahan mental dan emosional yang harus dihadapi. Untuk menjadi pebisnis harus berani berubah karena memang banyak perubahan yang harus dilakukan.
Kita tidak perlu takut,karena pada dasarnya secara alamiah tiap orang pasti berubah. Perubahan adalah bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Ketakutan meninggalkan tempat yang nyamanlah membuat kita tidak ingin berubah. Daerah yang nyaman, secara definitif adalah wilayah yang sudah biasa kita jalani, yang senang kita lakukan, ada kepastian, bebas resiko, aman, mudah, tenteram, dan nyaman. Sedangkan wilayah tujuan perubahan adalah wilayah tantangan, di mana ada ketidakpastian, kecemasan, kesulitan dan perlu keberanian untuk menapakinya.
Dunia bisnis adalah dunia yang memiliki kecepatan sangat tinggi. Pagi hari kurs dolar Rp 1500, sore hari sudah dua kali lipat. Sebelum Idhul Adha, harga kambing Rp 700 ribu, setelah Idhul Adha turun drastis jadi Rp 400 ribu. Tiap hari Minggu, komoditi di Puncak harganya naik dua setengah kali lipat dibanding harga komoditi yang sama di hari-hari biasa.
Di Jalan Pemuda Rawamangun tiga tahun lalu tidak ada rumah makan bakmi, sekarang telah menjadi lima buah. Belum lagi yang tumbuh di sekitar Jalan Pemuda.
Setiap saat kita harus berani berubah. Dan yang paling baik dari semua itu adalah kita mampu mengelola setiap perubahan yang terjadi.

Post a Comment

Silakan Anda memberi komentar sebebasnya sepanjang tidak menyangkut masalah SARA dan pornografi serta kekerasan. Harap menggunakan kata-kata yang bijak dan efektif serta bermanfaat.

Lebih baru Lebih lama