Pecel Pincuk GARENG : Makanan Ponorogo Kampung Dua Bekasi

Rasa Nikmat, Harga Merakyat
Kelezatan Terjangkau dengan Layanan Mewah


Bekasi, kelanakuliner.com
Lokasi strategis di persimpangan akses ke dan dari banyak jalan utama (propinsi atau tol) memang menjadi andalan dari sebuah usaha apapun bentuknya. Kini tinggal bagaimana menciptakan LOKASI strategis (PLACE) dan mudah diakses dari segala penjuru itu menjadi sebuah PASAR dengan mengkombinasikan bauran pasar lainnya seperti Promosi, Produk, Price (harga) .

Demikian usaha resto dan cafe Pecel Pincuk GARENG yang sudah memiliki dan melengkapi kesemuanya dalam memulai usaha baru bidang kuliner. Yang jadi pertanyaan buat kebanyakan orang termasuk diri saya adalah, mengapa usaha resto & cafe ini dibangun dengan branding tokoh atau maskot seorang ponokawan (tokoh badut putra keluarga Semar dalam dunia pewayangan Jawa) dengan bernama Gareng?

Saya mencoba mencari tahu langsung dari sang pemilik Yulinarwita. Saat ditanya wanita kelahiran Ponorogo, 19 Juni 1971 ini mengatakan bahwa untuk masalah pengelolaan resto kafe ini hanya suaminyalah yang menjalaninya.

Bahkan mulai dari desain interior, pembuatan logo gambar Gareng hingga penataan ruangan, sound system hingga main musik organ tunggal sendiri serta persiapan keseluruhan dilakukan oleh sang suami, Karyanto dan adik lelaki kandung suaminya yang akrab dipanggil dengan nama kesayangan "Gareng", atau bernama asli Haryanto Suparto.

Dan dari lelaki kelahiran Jakarta 27 Juli 1972 inilah nama resto kafe ini diambil, yakni "Gareng". Menurut Yanto sang kakak, bahwa adiknya, Gareng ini, termasuk orang yang easy going dan mudah bergaul, demikian penjelasannya tentang adiknya yang karyawan swasta sebuah perusahaan transportasi (kargo).

Nama Gareng sendiri nama sosok tokoh tradisional yang cukup populer tanah Jawa sebagai tokoh yang "slank" (slenge'an) atau konyol namun masih bisa diterima oleh kalangan muda modern. Konsep kombinasi modern dan tradisional inilah yang menjadi dasar didirikannya resto cafe Pecel Pincuk Gareng.

Kecermatan mengamati kondisi pasar oleh Yanto, sang pensiunan dini dari Departemen Keuangan bagian manajemen sistem informasi Inspeksi Pajak ini, membulatkan tekadnya bersama istri dan adik kandungnya untuk membuat rumah makan bergaya resto kafe modern dengan menu makanan tradisional, bahkan kalau perlu mengangkat penuh makanan kampung yang ada di pelosok kampung yang belum populer sama sekali. Bayangkan saja, bagaimana dia mengangkat Pecel Pincuk (lebih dikenal dengan nama Pecel Madiun) sebagai makanan primadona Resto Kafe ini dan jangan heran bila harganya seporsi pecel pincuk cuma dibandrol Rp. 9.000,- (apa nggak gila tuh.... harga murah namun suasana cozy and modern banget, frens!)

So yang mau dijual oleh Yanto sebenarnya bukan sekadar menu makanan tradisional tapi lebih kepada taste, dan kebanggaan kepada budaya kuliner tradisional. Kurangnya keseriusan orang-orang mengangkat makanan tradisional daerah ke level lebih elite seperti halnya waralaba makanan barat seperti McDonald dan lainnya, jelas Yanto lelaki kelahiran Ponorogo, 20 Mei 1970 ini kepada kelanakuliner.com

Di samping itu kecenderungan orang modern yang mulai memilih makanan sehat berupa sayur-sayuran khususnya yang tradisional semakin hari semakin meningkat, jadi alasannya memilih Pecel Pincuk sebagai primadona dan strategi image branding (pencitraan merk).

Karena kandungan makanannya yang murni (alami) sayuran seperti halnya makanan tradisional dari daerah lain seperti gado-gado, karedok atau urap. Tapi perbedaan utamanya adalah bumbu sausnya yang khas Ponorogo dan kombinasi dengan Madiun berupa bumbu kacang yang disangrai dan bukannya digoreng, sehingga jauh lebih sehat dan lebih rendah koresterol.

Suami dari Yuli ini menambahkan bahwa di Jawa Timur sendiri ada banyak jenis pecel di setia daerahnya, mulai dari Pecel Madiun, Pecel Ponorogo, sampe Pecel Surabaya. Bahkan di satu daerah asalnya saja seperti Ponorogo, setiap bumbu pecel dari masing-masing warung memiliki rasa yang berbeda. Karena itulah dia memberi nama pecelnya bukan nama daerah, justru Pecel Pincuk (pincuk artinya lipatan daun pisang dengan lidi sebagai alas wadah makan) Khas Gareng.

Bila makanannya sudah unik dan asli dari pedalaman (busyet masak istilahnya segitu amat... mungkin maksudnya adalah pelosok kampungnya) di Ponorogo sana, maka minumannya pun Yanto berusaha membawa asli kampung kelahirannya sana, seperti Es Kelapa Muda Frambozen. Atau Es Dawet khas Ponorogo atau dikombinasi dengan daerah Madiun. Wah kalau Anda merasakan apa yang saya rasakan dari kedua menu masakan yang disajikan mereka untuk saya, pasti ngiler deh. Menu sehat Nasi Pecel Pincuk dikombinasi Es Kelapa Muda Frambozen.

Padahal sebelumnya saya sudah merasakan kesegaran Es Dawet khas Gareng, dan saya anggap sebagai appetizer alias pembuka selera hehehehehe....!
Asal Anda tahu saja, Es Kelapa Muda Frambozennya ini, khusus sirupnya didatangkan langsung dari desa kelahiran pengusaha muda ini dan tidak mudah didapatkan di daerah lain seperti Bekasi atau Jakarta.

Menu utama primadona, Nasi Pecel Pincuk pada awal tampilannya saya kira rasanya mungkin nggak beda jauh dengan pecel pada umumnya. Namun rasa bumbu kacangnya ditambah kering tempe dan daun kemangi serta pedasnya yang pas di lidah saya memang "Benar-benar enak!" (ngikutin kata favoritnya Bara Pattirajawani).

Ada peyek kacang yang sangat akrab dengan gigi lunak saya, hmmmm renyah dan gurih. Sayur-sayurannya yang hijau mengundang hasrat diri mengunyah habis makanan sehat ini hingga bumbu terakhir. Sayang bumbu kacangnya kurang begitu banyaknya yang ada di piring beralaskan daun pisang itu. Tapi saya yakin, bila Anda mau minta tambah bumbu kacang khas Ponorogo yang disangrai itu, tinggal minta pada sang waiter berseragam batik.

Ada menu utama lainnya, misalnya Nasi Daging Bumbu Lapis dan Nasi Pindang Gareng. Menu ini biasanya disajikan di daerah Ponorogo sebagai makanan khas untuk upacara syukuran tertentu. Karenanya ia ingin menu ini diangkat sebagai salah satu menu andalan, dimana di daerahnya sendiri hanya bisa dijumpai pada masa-masa tertentu saja saat ada hajatan atau perhelatan khusus di perkampungan ponorogo.

Bila Nasi Daging Bumbu Lapis biasanya bisa dijumpai di perkotaan Ponorogo, maka Nasi Pindangnya it lebih sering dijumpai di pedesaan pelosok Ponorogo. Bahan pokok Pindangnya sendiri adalah daging sapi dan sandunglamur, atau cincangan daging sapi yang banyak mengandung lemak (mirip sirloin kali yah?)

Kemudian Nasi Lodeh Thiwul, kombinasi sayur lodeh ditambah singkong gaplek kukus yang diparut, pastinya rasanya akan memberikan sensasi tersendiri buat lidah orang Bekasi. Yanto mengungkapkan bahwa sat ini masyarakat kita sudah melupakan makanan tradisional thiwul, yang dibuat dari gaplek singkong ini, maka keinginannya yang kuatlah memilihnya untuk menjadikan Nasi Lodeh Thiwul sebagai sajian utama andalan.

Dan tak ketinggalan Pia-pia Pecel (kalau di Surabaya namanya Ote-ote). Makanan khas Jawa Timuran yang seripa dengan bakwan di daerah lain ini, memang khas daerahnya dan biasanya dimakan dengan bumbu pecel sehingga jauh lebih nikmat disantapnya.

Resto Cafe yang baru dibuka tgl 15 Agustus dan rencananya ada acara grand launchingnya dalam waktu dekat ini, menawarkan segala makanan tradisional kelas kampung yang disajikan dengan taste atau selera internasional, demikian ujar Yanto dan diamini oleh adiknya, Gareng. Keluarga kakak beradik Yanto ini memang merencanakan akan mengundang anak yatim untuk acara grand launchingnya saat di bulan puasa. Termasuk mengkhususkan jam operasi hingga lebih malam buat mereka yang hendak bersahur di samping menu ta'jilan untuk berbuka di sore harinya.

Resto Cafe yang mempunyai fasilitas Mushola, Karaoke dan Musik live Organ Tunggal ini mempunyai kapasitas sekitar 100 orang duduk dan 20 orang berdiri bila hendak digunakan acara pesta khusus (special party), karena konsep kafe yang ditawarkan memang pas buat Anda yang mau mengadakan kegiatan dengan suasana rumahan tradisional khas Jawa Timuran.

Apalagi dengan lahan parkir yang luas dan mampu menampung sedikitnya 20 kendaraan roda empat. Bila ada acara event khusus sesuai permintaan pelanggan, maka tanah lapang di samping kafe ini pun bisa dijadikan parkir dengan kapasitas lebih dari 50 mobil.

(Sidik Rizal - dobeldobel.com)

Menu Utama
*.- Nasi Pecel Pincuk Gareng, Rp. 9.000,-
*.- Pia-pia Pecel, Rp. 8.000,-
*.- Sate Ayam Ponorogo Khas Gareng, (+Nasi/Lontong) Rp. 15.000,-
*.- Nasi Daging Bumbu Lapis, Rp. 15.000,-
*.- Nasi Pindang Gareng, Rp. 15.000,-
*.- Nasi Lodeh Thiwul, Rp. 8.000,-

Appetizer/Dessert
*.- Tape Goreng Keju Khas Gareng, Rp. 6.000,-
*.- Pisang Goreng Coklat, Rp. 6.000,-
*.- Puding Almond, Rp. 7.000,-

Minuman/Drinks
*.- Es Dawet Madiun khas Gareng, Rp. 6.000,-
*.- Es Kelapa Muda Frambozen
*.- Bandrek
*.- Kopi Hitam (Black Coffee)
*.- Capuccino Coffee



Pecel Pincuk GARENG
Jl. Patriot No. 31 (Omega) Kampung Dua,
Kalimalang arah Kranji, Bekasi
Reservasi:
Telp. (021) 7085.3250 atau
0858.8231.3839

Penilaian untuk Menu Utama
Nasi Pecel Pincuk =
4,5 bintang untuk rasa makanan
4,5 bintang untuk tampilan makanan
3 bintang untuk tekstur bahan makanan
TOTAL: 12 bintang, RATA-RATA 4 untuk skala 1-5




Post a Comment

Silakan Anda memberi komentar sebebasnya sepanjang tidak menyangkut masalah SARA dan pornografi serta kekerasan. Harap menggunakan kata-kata yang bijak dan efektif serta bermanfaat.

Lebih baru Lebih lama