Artomoro: Sate Gule Kambing di Grand Mall Bekasi


Sate Gule Kambing & Tongseng
Masuk Bekasi Grand Mall

Bekasi, kelanakuliner.com
Adalah seorang PNS wanita, beranak 1, Umi Kulsyum yang tertarik membuka usaha kuliner dengan nama Cafe Artomoro. Penyebabnya adalah karena kakak sudah lebih dahulu membuka usaha kuliner dan mengajaknya, maka wanitaPNS ini pun tertarik dan mulai mencari jenis serta usaha kuliner apa yang cocok dengan dirinya yang kebetulan juga punya hobi memasak ini.

Pengalamannya sebagai seorang staf Dinas Ketenagakerjaan di pemda kabupaten Bekasi membuat dia berani untuk membuka usaha kuliner. Tapi berbeda dengan tempatnya bekerja, dimana dia lebih sering menangani SDM buat pabrik atau perkantoran, dimana ada peraturan daerah yang agak berbeda dengan aturan buat usaha kuliner. Biar begitu tetap saja ia mengikuti aturan yang berlaku, bahkan selain mendapat UMR seperti yang telah ditentukan, karyawannya juga terjamin masalah makan mereka.

Pada intinya adalah usaha kafe Artomoro yang berlokasi di Food Court Bekasi Grand Mall lantai 4 ini sengaja dimulai untuk antisipasi bila nanti ia berhenti jadi pegawai negeri. Keinginan berwirausaha memang sudah sejak lama ingin Umi jalankan, baru saat kakak perempuannya, Kristin yang lebih dahulu membuka Pondok Khas Jawa Tengah, di Bekasi Grand Mall dan BCP.

Umi sendiri pun telah membuka outlet Kafe Artomoro di Giant Pondok Bambu, dan baru kemudian satu outlet lagi di Bekasi Grand Mall berdekatan dengan kafe milik kakaknya. Masalah makana yang disajikan, pada mulanya memang ada kendala, tapi akhirnya dia memilih masakan daging kambing, seperti Sate dan Gule yang kebetulan memang belum ada. Sayangnya untuk minuman ia belum mendapatkan izin dari pihak pemilik mall, karena hanya dibolehkan satu jenis minuman atau makanan yang bisa dijajakan di food court lantai 4 tersebut.

Pilihan olahan menu makanan yang khas Semarang memang sangat banyak mulai dari kota Semarang yang terkenal dengan Wingko Babat dan Lumpia ini. Umi memilih Sate dan Gule Kambing, dengan pertimbangan karena kemudahan pengolahan dan belum ada yang memilih sajian ini di food court ini. Dengan kepiawaiannya memilih daging kambing yang sedikitnya 10 kg setiap harinya dia sediakan. Terkadang bila tak habis, dia memmbiarkan karyawannya untuk menghabiskan makanan yang belum laku terjual untuk dihabiskan atau dibawa pulang, daripada sia-sia dan mubazir. Namun untungnya hal ini jarang terjadi, karena umumnya bahan makanan yang disediakan habis laku terjual, ungkap Umi sambil memanggil anaknya yang berusia 7 tahun dan sedang asyik bermain untuk mendekat.

Lalu apa bedanya masakan Semarang dan Solo untuk menu yang memang sering dijumpai di kedua daerah ini? Menurut Umi, bedanya adlah di sayuran dan rempah pada tongsengnya. Tongseng Semarang jauh lebih kaya sayuran dan bumbu, jadi bukan hanya sekadar bumbu kemiri dan gula merah seperti Tongseng Solo. Karena kekayan rempah dan sayuran inilah yang akan terasa beda bagi penikmat kuliner masakan Jawa Tengah.

Bagaimana dengan sajian Sate dan Gule Kambingnya, Anda lihat saja dan rasakan saja sendiri dan bisa reservasi terlebih dahulu ke telp. (021) 9346.1965

Sidik Kelana Rizal - dobeldobel.com

2 Komentar

Silakan Anda memberi komentar sebebasnya sepanjang tidak menyangkut masalah SARA dan pornografi serta kekerasan. Harap menggunakan kata-kata yang bijak dan efektif serta bermanfaat.

Lebih baru Lebih lama