Kampanye Konvensional vs Kampanye Kerakyatan
Kampanye total yang selama ini dilakukan oleh banyak praktisi partai politik di Indonesia menjelang saat pemilu bisa dikatakan semakin modern dan canggih. Jika mereka yang ambil bagian dalam kampanye di segala bidang tidak melakukan penyesuaian mengikuti perkembangan modernitas dunia komunikasi yang sarat dengan percepatan penyampaian informasi dan semakin terbukanya jaringan komunikasi sosial, maka bisa dipastikan ketertinggalan menjadi penghambat utama.
Peningkatan elektabilitas partai Hanura secara organisasi politik maupun figur tokoh capres dan cawapresnya pada akhir tahun 2013 ini telah membuktikan betapa sokongan media informasi terutama yang mempunyai kecepatan dan penetrasi kuat ke tengah masyarakat luas menjadi hal yang mutlak.
Semenjak bergabungnya tokoh pengusaha media dan politisi muda, Harry Tanoesoedibjo, dan kemudian didapuk oleh Wiranto sebagai calon wakil presiden Partai Hanura, membuktikan pernyataan di atas.
Pada prinsipnya elektabilitas sangat mungkin dan bahkan bisa dipastikan disebabkan oleh promosi media elektronik baik televisi maupun radio termasuk kampanye online internet yang bersifat tailor need information.
Namun semua tahapan sosialisasi dan kamunikasi kampanye yang mulai disadari keniscayaan dan kepentingannya ini oleh semua pemain politik ditingkat elit masih bersifat top-down atau dengan kata lain hanya sekadar corong informasi dari atas ke bawah, dan ini sudah menjadi kebiasaan berkampanye sejak era orde lama, orde baru dan bahkan era reformasi kemarin. Meskipun di jaman era reformasi lah corong komunikasi yang bersifat bottom-up mulai subur menjamur.
Penggunaan media komunikasi yang bersifat interaktif seperti facebook dan twitter pun digunakan banyak politisi sebagai salah satu pendukung "penting" dalam pencitraan publik yang paling efisien dan efektif selama beberapa tahun terakhir ini. Cara berkomunikasi ini pun masih bisa dikategorikan mempunyai keterbatasan.
Kita lihat kapasitas Facebook sebagai jaringan media sosial yang populer dan berhasil mengangkat pencitraan presiden AS Barack Obama di awal tahun 2004 dan juga mempunyai keterbatasan. Tahukah Anda jika sebuah akun fesbuk (facebook dalam lidah kita) seorang yang begitu populer akan menutup secara otomatis jika jaringan link pertemanannya sudah mencapai angka tertentu.
Di Indonesia, seorang tokoh populer biasanya dibatasi sesuai pengaturan settingan baku atau otomatis pada jumlah 5000 link pertemanan. Jadi jika ada orang yang ingin membuka link dengan jaringan akun fesbuk yang diminati, terkadang keluar pop-up menu petunjuk pembatasan, seperti "Maaf akun yang bersangkutan sudah mempunyai jaringan pertemanan lebih dari 5.000 akun". Dan ini sungguh membuat media sosial fesbuk jadi jaringan yang terbatas.
Lain halnya dengan media sosial seperti twitter, yang bisa mempunyai follower hingga ratusan ribu, bahkan ada banyak akun selebritis luar negeri dan tokoh politik dunia yang mempunyai follower puluhan juta orang. Sebuah survey mengeluarkan data 10 orang di dunia yang mempunyai follower akun twitter terbanyak di dunia. Dari hasil survey itu dapat diketahui bahwa 3 urutan pertama terbesar di dunia diduduki oleh artis, Justin Bieber, Lagy Gaga dan Katie Perry, baru urutan ke-4 adalah Presiden AS Barack Obama yang mempunyai 30juta follower seluruh dunia. Hal ini juga bisa berarti para pengguna twitter seluruh dunia memang dipegang oleh remaja, usia muda dan kaum muda yang peduli politik. Hal ini berlaku di Indonesia dan tak jauh beda.
Lalu bagaimanakah cara para politisi di indonesia bisa mendapatkan hal serupa, yakni mendongkrak popularitas melalui dunia maya dengan asumsi para audiens target adalah mempunyai karakter yang sama. Asumsi ini berdasarkan data para pemilih pemula untuk pemilu mendatang yang jumlahnya cukup signifikan dari keseluruhan total rakyat Indonesia yang populasinya berjumlah 250 juta jiwa. Apakah bisa para politisi yang dalam hal ini cawara (calon wakil rakyat) maupun capres dan cawapres mendatang mendapatkan follower hingga puluhan juta seperti selebriti dunia itu? Mengapa tidak?
Jika partai politik sebagai yang berbasiskan ideologi kerakyatan dengan pendekatan komunikasi berjuang bersama rakyat, membangun bersama rakyat dan tak akan khianat kepada rakyat, maka tentunya target perolehan dukungan suara sangat mungkin bisa didapat seperti halnya simpati konstituen pendukung Barack Obama yang berkomunikasi secara interaktif melalui akun facebook dan twitter dengan perolehan pendukung hingga mencapai 32.165.575 pada akun @BarackObama. Sebuah jumlah yang pantas buat seorang capres dan cawapres RI juga bukan?
Ada satu cara agar seorang capres ataupun caleg bisa mempunyai follower hingga jutaan seperti halnya yang didapatkan presiden Barack Obama. Lalu apa saja yang dilakukannya dalam bersosialisasi secara blusukan seperti halnya Jokowi yang tingkat popularitasnya melesat tinggi bersamaan elektabilitas ketokohan dirinya apabila digadang jadi capres mendatang.
Seorang kenalan sekaligus guru saya yang pernah menjadi konsultan kampanye SBY pada awal tahun 2004, yakni Yon Hotman, mengatakan metode kampanye Barack Obama adalah satu cara yang paling bisa diterapkan di Indonesia karena karakter publik di sana saat itu hampir mirip dengan Indonesia pada masa sekarang. Bisakah Anda membayangkan seorang kulit hitam seperti Barack Obama, mampu mencuri perhatian publik dengan kecerdasan dan karakternya uniknya yang jauh berbeda dengan sejarah kampanye para presiden pendahulunya yang mayoritas berkulit putih.
Jika diperhatikan lebih dalam, masyarakat Amerika Serikat mempunyai keragaman etnis yang kurang lebih sama dengan publik Indonesia, tapi bangsa Amerika Serikat tidak tinggal terpisah-pisah oleh lautan seperti halnya Nusantara. Mereka tinggal dalam satu daratan luas, yakni benua Amerika, dimana ada 50 negara bagian yang masing-masing dipimpin oleh gubernur. Namun secara umum keragamannya yang heterogen, membuat metode kampanye di negara adidaya itu tidak beda jauh dengan negara kita.
SUMBERDAYA PELAKSANAAN KAMPANYE MODERN
Partai politik yang sudah mempunyai legalitas dan jaringan kader baik itu
yang militan maupun simpatisan semata dalam jumlah besar di seluruh Indonesia
sejatinya mereka adalah agen-agen perubahan yang berpihak kepada rakyat.
Tinggal memberdayakan para agen-agen ini
di akar rumput lah yang membuat kekuatannya semakin berdampak kuat dan positif
menjelang pemilu 2014 mendatang.
Waktu yang tersisa begitu singkat kurang dari 2 bulan, namun tidaklah
mustahil untuk melakukan seperti apa yang dilakukan para politisi dunia
khususnya seperti perjuangan seorang Barack Obama yang telah menjadi presiden
untuk periode kedua saat ini.
Intinya adalah apakah partai politik mau segera menyikapi kebutuhan
rakyat Indonesia pada umumnya untuk bisa bersuara lebih bebas (baca: berkicau)
tanpa harus melalui aturan protokoler atapun media massa besar seperti televisi
sehingga bisa membuat dunia memperhatikannya? Ini adalah tantangan sekaligus
potensi yang bisa dimanfaatkan sebagai media kampanye berbasis kerakyatan.
Seperti yang kita maklumi bahwa trias politika menjadi sebuah aturan
main dalam dunia kekuasaan di sebuah negara. Lembaga legislatif, eksekutif dan
yudikatif bekerja membangun jaringan kekuasaan demi kepentingan bangsa dengan
cara mekanismenya sendiri, saling mengawasi saling mendampingi dan saling
membantu demi berjalannya pemerintahan. Ternyata ada lagi satu kekuatan yang
bersifat mengawasi dan menjembatani tiga kekuatan tersebut, yakni media massa.
Itulah sebabnya sejak zaman era Gus Dur menjadi presiden RI, maka
euphoria kebebasan media pers berada di puncaknya, khususnya media main stream
seperti media cetak, media elektronik dan yang terakhir media online.
Kesemua media main stream itu membutuhkan modal dan dukungan yang tidak
sedikit, lalu jauh dari kebijakan kebebasan media pers itu dikeluarkan, timbul
gelombang baru media warga yang lebih merakyat. Media warga atau yang lebih
dikenal dengan istilah "citizen journalism" ini sejatinya adalah
corong yang bersifat bottom-up seperti yang telah dijelaskan di atas.
Berlawanan dengan media mainstream yang kebanyakan bersifat corong komunikasi
top-down, maka fenomena baru media warga menjadi salah satu cara rakyat bisa
"berteriak" dan bisa mempunyai peluang untuk diperhatikan dunia,
tentunya dengan cara yang sangat mudah.
Jaringan kaderisasi partai politik di tingkat akar rumput sudah mencapai
daerah-daerah yang meskipun masuk kategori tertinggal dengan kecanggihan
teknologi komputer, tapi paling tidak mereka mempunyai sebuah alat komunikasi
sederhana yang bernama telepon selular.
Seperti halnya motto penyedia alat komunikasi dunia
seperti Nokia,
"Connecting People" maka sudah menjadi kebutuhan mendesak jika partai
politik memanfaat sumberdaya ini sebagai satu cara menghidupkan jaringan
cyber
media meskipun hanya menggunakan alat komunikasi sederhana berupa
handphone
jadul.
Tak perlu bermodalkan dana yang besar dalam mebuat jaringan di dunia
maya dan menjadikannya sebagai kekuatan buat masa depan generasi kita
berikutnya. Cukup hanya niat yang besar untuk meningkatkan pengetahuan semua
lapisan masyarakat khususnya mulai dari level terendah, yakni rakyat biasa
dibantu oleh agen-agen partai politik di tingkat pengurus anak ranting, maka
jaringan komunikasi mega ini bisa terwujud.
Dampak dari peningkatan pengetahuan dan keahlian teknis kaum muda
terutama kader muda dan kaum perempuan partai politik khususnya kepada level
yang berinteraksi langsung dengan akar rumput baik itu dengan cara blusukan
ataupun karena mereka tinggal bersama dalam satu keluarga, akan terasa
langsung.
Proyek ini mungkin tak mampu menembus kalangan masyarakat yang tidak
mengenal teknologi maupun memilikinya. Tapi justru itulah proyek pemberdayaan
media kerakyatan ini jadi harus segera dilaksanakan, karena keberadaan mereka
segera bisa kita ketahui dengan kerja keras kader parpol di tengah mereka
dengan menyuarakan kepentingan rakyat lemah ke level para petinggi partai bebas
hambatan bahkan jika perlu ke tingkat dunia. Justru dunia memang harus
mengetahuinya, jika kita peduli kepada rakyat.
Adapun sumberdaya pelaksanaan proyek ini adalah:
1. Dana Kampanye
Bappilu DPP Partai Politik
2. Dana Kampanye
swadaya caleg juga pengurus struktural di semua level dibantu Bappilu DPP Partai
3. Sponsorship
tingkat nasional dan daerah.
4. Pemasukan
iklan melalui mekanisme jaringan internet seperti Google Ads dll.
METODE PELAKSANAAN KAMPANYE MODERN
Proyek ini adalah program pendidikan dan pelatihan
bagi seluruh kader partai di tingkat terendah serta pembuatan media pribadi
bagi kader atau struktur partai yang sedang mencalonkan diri jadi anggota
dewan, dengan rincian sebagai berikut:
1. Pendidikan
dan Pelatihan membuat jaringan media warga
2. Jasa
pembuatan media pribadi blogs terpadu dengan media sosial dan SMS gateway
3. Pendidikan
pelatihan optimalisasi penggunaan gadget untuk kampanye total
Proyek ini terbagi menjadi beberapa bagian:
1. Kampanye
penggunaan media SMS Gateway
2. Kampanye
pemberdayaan kader parpol membuat jaringan media warga
3. Kampanye
sosialisasi berinteraksi langsung dengan penguasa via twitter
4. Kampanye
promosi apresiasi kader yang berhasil bangun jaringan media rakyat.
5. Kampanye
total caleg dan capres 2014 berupa INTEGRASI semua program Bappilu
TEKNIS PELAKSANAAN
Proyek yang berintegrasi
dengan program Bappilu kampanye total caleg dan capres 2014 ini terbagi menjadi
beberapa bagian:
a. Media warga -
Konsultan Komunikasi dan pemilik jaringan webrizal.com
b. Media online
mainstream - Bappilu DPP Parpol
c. Media
elektronik (TV dan Radio) - Bappilu DPP, DPD, DPC hingga yang terendah
d. Media cetak -
Bappilu DPP, DPD, DPC hingga yang terendah
e. Alat peraga -
Bappilu DPP, DPD, DPC hingga yang terendah
f. Sosialisasi
"blusukan" seluruh caleg atau kader partai parpol, dan
g. Program
kampanye SMS Masking - Bappilu DPP, DPD dan DPC hingga struktur terendah.
Proyek ini dimaksud untuk
memberikan pendidikan dan pelatihan singkat kepada seluruh kader partai politik
agar bisa membuat media warga (citizen journalism) yang interaktif dan terpadu
dengan jaringan media sosial seperti:
a. twitter
b. facebook
c. google +
d. linkedin
e. blogger
seperti blogspot (atau wordpress jika perlu)
f. youtube
WAKTU PELAKSANAAN
Waktu yang dibutuhkan untuk proyek pendidikan
pelatihan dan juga pembuatan jaringan media rakyat yang bersifat terpadu adalah
sekitar 5 (lima) bulan atau lebih. Untuk waktu pelaksanaan yang
kurang daripada itu, maka bisa dialihkan pada kampanye pilpres yang pada
tahun ini tidak dilakukan secara bersamaan.
TEMPAT PELAKSANAAN
Tempat pelaksanaan proyek ini jika memungkinkan bisa
dilakukan secara serentak ke seluruh 330-an kota/kabupaten di seluruh provinsi
di Indonesia. Menghidupkan marwah bicara lantang dan keras hingga didengar
dunia harus menjadi motivasi bagi seluruh kader di tingkat akar rumput.
PENUTUP
Seberapa canggih dan terencananya sebuah program
kampanye apapun jenisnya, jika tidak dilandasi dengan niatan mulia yang ikhlas
demi kepentingan rakyat dan dijalankan bersama rakyat maka tidak akan ada
artinya sama sekali.
Keinginan kuat untuk melaksanan niat
baik tadi pun
tidak akan ada artinya bagi suksesnya kampanye partai politik. Hal ini
dikarenakan suksesnya kampanye 2014 mendatang bukan semata kerja dari
seorang capres, yang semakin hari semakin jelas jatidirinya peduli
kepada rakyat di mata Indonesia. Rekam jejak karir militer atau karir
usaha sang capres dan karir politiknya
merupakan nilai lebih yang belum sepenuhnya terekspos oleh media
mainstream yang sarat dengan keberpihakan tersembunyi,
sekalipun sosok tokoh nasional dan pengusaha sukses yang mempunyai media
raksasa bergabung jadi cawapresnya atau iklan media televisi begitu
membahanan menyerang udara nusantara selama setahun terakhir.
Dukungan dari akar rumput berupa keikutsertaan rakyat
secara langsung dengan "media warga" atau "citizen
journalism" yang terarah dan promotif dalam mengkampanyekan siapa
pemimpinj sejati mereka yang dikenal mencintai mereka dan bukannya mencintai
kekuasaan, harus segera difasilitasi secepatnya agar pemilihan umum 2014
mendatang bisa menentukan pemimpin yang baik dan terbaik untuk bisa menang jadi presiden RI
berikutnya.
SidikRizal Pengamat Kampanye Politik Indonesia