contoh iklan header
Pasang Iklan Running Text Anda di sini atau bisa juga sebagai iklan headliner di atas (600x100)px

Dua Potret Teman Saya Bertemu Pak Menteri, Mochtar Mohamad dan Rangga Umaro

banner
Apa Bedan M2 dan RANGGA UMARA?
(Ya Jelas Beda Lah!)


BEKASI KOTA, BksOL - Apa yang membedakan Politisi dengan Pengusaha? Siapa yang bisa menyangka nasib orang, bila tiba masanya merek menjadi tokoh dan terkenal sehingga bisa ketemu presiden ataupun menteri. 

Kebetulan sekali kali ini saya menceritakan tentang dua orang teman saya yang bertemu dengan menteri yang kebetulan juga saya akses langsung dengan sang menteri dari partainya pendukung pak presiden kini.

Baca juga: Jaksa Sebut Wali Kota Bekasi Terlibat Suap

Rangga Umara dengan pak Menteri saat dapat penghargaan
Lalu apa pentingnya but dituliskan? Apakah saya Sidik Rizal, yang berprofesi sebagai penulis dan wartawan ini cuma punya mereka berdua yang pernah kontak dengan pejabat sekelas menteri?

Tidak juga. Banyak kok dari teman-teman saya yang juga berhasil jadi orang bahkan tokoh penting di republik ini. Bukan itu maksud saya menuliskannya.

Tapi yang jauh lebih penting adalah, bagaimana kedua teman dekat saya ini bisa bertemu dengan satu orang menteri namun keduanya mempunyai pendekatan yang berbeda dan akhirnyapun juga berbeda.

Bisa happy ending bisa juga unhappy ending. Loh kok begitu? (sorry ini cara saya mendapatkan sudut penulisan opini supaya mudah dicari di internet dan bisa read-catchy dalam ilmu SEO... hehehem ngerti kan?)

Sudahlah, tak usah banyak berpusing-pusing dan panjang kata. Kedua teman dekat saya (maaf sudah bisa disebut sahabat kali ya? Apa justru belum?) ini adalah Mochtar Mohamad dan Rangga Umara yang kebetulan keduanya bertemu dan berfoto bersama dengan Menteri Negara Koperasi dan UKM, Syarifuddin Hasan.

M2 dengan pak Menteri saat kunjungan
Bila Mochtar Mohamad bertemu dengan sang menteri dengan kapasitasnya sebagai Walikota Bekasi, maka Rangga Umara bertemu dengan pak menteri karena prestasinya dalam usaha kulinernya Pecel Lele Lela yang juga sempat masuk istana negara sebagai makanan spesial atas rekomendasi kementrian kelautan dan perikanan Fadel Mohammad.

Lalu apa istimewanya kedua kejadian tersebut buat saya? Kayaknya cuma berita biasa saja yang gak ada istimewanya? Memang betul begitu keduanya hanya berita biasa, tapi coba lihat ending-nya yang terjadi. Kini kedua teman saya itu sedang mengalami masa yang jauh berbeda terutama cara keduanya menyikapi dan menghadapinya.

Mochtar Mohamad kini sedang ditahan oleh KPK terkait kasus korupsi dalam penggunaan APBD kota Bekasi, sedangkan Rangga Umara dalam keadaan sedang menerima ujian internal usaha dalam hal peningkatan dan pengembangan usaha dalam hal finansial namun pamor dan pencitraan bagi usahanya semakin baik meningkat. Cara keduanya menghadapi setiap masalah pun sangat jauh berbeda. Mari kita lihat perbandingannya.

Saat Rangga Umara mempunyai masalah dengan investor dan masalah keuangan dari semua usaha Pecel Lele Lelanya, dia masih bisa berujar, "Resiko jadi pengusaha mah cuma 2,.....jadi Sukses atau Kaya Raya.....Rugi atau Bangkrut bukan bagian dari Resiko, tapi itu mah Proses untuk Sukses.....Maju terusss".

Terlihat betapa aura semangat yang pantang menyerah begitu dalam dri setiap kalimat mas Rangga dan saya bangga dengan teman satu ini (Masalahnya internal Pecel Lele Lela yang saya maksud ini baru dugaan saya saja, karena berdasarkan pengalaman saya berhubungan langsung dengan mas R.U. selama enam bulan terakhir ini).

Sedangkan Mochtar Mohamad yang sudah saya kenal sejak 2003 ini dimana saat itu dia baru berangkat sebagai anggota dewan dari PDIP dan merintis karir ingin menjadi Ketua DPC PDIP kota Bekasi menyikapi masalah yang dihadapinya dengan cara yang cukup frontal dan kaku.

Bahkan saya cenderung menyebutnya nekad bukan berani. Karena berani bagi saya selalu disertai dengan pikiran matang dan terencana. Perhatikan saja pernyataannya yang menantang KPK ketika dirinya terlibat sangkaan dan dugaan korupsi penggunaan APBD serta penyuapan Adipura. Padahal dirinya masih berkeinginan dan berambisi menjadi walikota kembali di pemilukada mendatang.

Bahkan dirinya dengan taktis melalui pendukungnya membangun wacana publik yang sangat berkesan politis dengan istilah, "Jangan Ambil Adipura dari warga Bekasi serta Lawan Kriminalisasi Perolehan Adipura!"

Satu langkah yang menurut saya sangat kurang bijak. Tapi nasi sudah jadi bubur. Entah Mochtar Mohamad mendapat masukan dari sekelilingnya (pendukung serta pembisiknya) atau itu memang ide orisinil sang walikota Bekasi berdarah Gorontalo ini.

Yang jelas karir politik Mochtar Mohamad kini berada di atas ujung tanduk dan sangat sulit bagi dirinya untuk bisa bangkit kembali untuk meraih karir yang lebih baik dari posisinya kini sebagai Walikota Bekasi di pemilukada tahun mendatang.

Kecuali Mochtar Mohamad mempunyai kiat dan jurus yang penuh dengan mukjizat agar ia bisa kembali dipercaya publik terutama warga Bekasi. Dan saya ragu dia bisa melakukannya.

Baik Rangga Umara, sang pengusaha yang terbilang sukses buat saya meski tak sesukses seperti banyak pengusaha lainnya, maupun Mochtar yang juga terbilang sukses bagi saya dengan segala kekurangannya sebagai walikota Bekasi.

Keduanya mempunyai kesamaan, yakni daya juang dan disiplin. Hanya satu hal yang membedakan. Pertama Mas Rangga mempunyai nilai positif dalam bagaimana menyikapi permasalahan yang selalu dihadapinya dan selalu bisa menggunakan hasil yang didapat untuk kemaslahatan lingkungan dan menghindari foya-foya atau kemubaziran (lebih tepat begitu daripada dibilang hemat apalagi pelit, hehehehe... maaf mas Rangga ini pendapat saya pribadi loh).

Sedangkan Mochtar Mohamad yang sudah saya kenal sejak 7 tahun lebih lebih sering saya jumpai bila dirinya selalu mempermudah masalah dengan cara yang kurang tepat, bahkan cenderung pribadinya mengutamakan hubungan kolega yang menurut penilaian saya tidak mempunyai potensi positif disamping dia lebih sering salah sasaran membangun lobinya.

Bisa Anda bayangkan bagaimana seorang Mochtar Mohamad salah membangun lobi, ketika ada penilai khusus dari KLH untuk penilaian Adipura, Mochtar malah seolah memberi kesan memberi "salam" tempel setelah bertemu mereka.

Padahal hal ini seharusnya tak perlu dan kalau bisa dia hindari untuk mencegah fitnah di kemudian hari. Dan beanrlah perkiraan saya. Dirinya lebih mudah mendapatkan kesulitan daripada kemudahan dengan caranya membangun lobi dengan orang-orang penting.

Tidak demikian halnya dengan Rangga Umara, dia begitu hati-hati membangun lobi bahkan terhadap bekas kolega yang pernah punya pengalaman pahit dengan dirinya, dia tetap menjaga komunikasi dan silaturrahim. Ini satu cara yang sangat positif dalam membangun pencitraan diri dan usaha.

Seandainya Mochtar Mohamad juga membangun hal yang serupa dengan yang dilakukan oleh Rangga Umara (meskipun keduanya tak sama dan tak bisa dibandingkan), mungkin kini Mochtar Mohamad tak akan mendekam di penjara. Semoga saja Mochtar Mohamad bisa bertahan dari keterpurukan nasibnya yang 180 derajat berbeda itu.

Yang jelas dari kedua teman saya ini, saya mendapatkan pelajaran yang sangat berharga. Dari mas Rangga Umara saya dapat pelajaran positif tentang bagaimana menghadapi segala sesuatu dengan baik, sedangkan dari bang Mochtar, saya mendapat pelajaran untuk tidak melakukan hal seperti yang dia kerjakan. [■]

Penulis: Sidik Rizal - pemerhati perpolitikan dan wirausaha

Post a Comment

Silakan Anda memberi komentar sebebasnya sepanjang tidak menyangkut masalah SARA dan pornografi serta kekerasan. Harap menggunakan kata-kata yang bijak dan efektif serta bermanfaat.

Lebih baru Lebih lama
banner