Jakarta (Citra Indonesia) : Belum kering air mata dari bencana Gunung Merapi di Yogyakarta, Air bah di Wasior, Papua dan gelombang tsunami di Mentawai, Sumbar.
Gempa kembali mengguncang Ternate, Maluku. Ki Kusumo melihat bencana berurutan yang melanda negeri ini sebagai azab Tuhan karena manusia lalai menyayangi bumi.
Menurutnya, bumi kita sudah tua. Ibarat seorang nenek uzur, renta, bungkuk dan berjalan tertatih-tatih. Ia tak hanya perlu makan atau vitamin, namun juga butuh perhatian dan kasih sayang.
“Kita wajib introspeksi. Bumi kita terus menerus dieksploitasi habis-habisan. Dirusak sana sini dan kurang diperhatikan. Wajar jika bencana alam terus menerus terjadi,” tutur Ki Kusumo di sela-sela acara doa bersama LSM Gerbang untuk korban bencana alam Indonesia, di Jakarta, Senin (1/11/2010).
Ki Kusumo menambahkan, sesuatu yang berhubungan dengan konsep hayati harus benar-benar dipelihara.
“Manusia lalai. Semisal, unsur serap air habis dibikin bangunan, sehingga tak mampu diserap oleh bumi. Bumi kita butuh air, sama seperti nenek yang butuh minum membasahi kerongkongannya,” imbuhnya.
Jika hal itu dibiarkan dan terus berlanjut, bencana alam akan terus terjadi. Ki Kusumo mengingatkan bencana alam yang lebih besar masih akan terjadi di Indonesia.
“Masih ada 19 gunung berapi yang masih aktif. 15 diantaranya berstatus waspada,” pungkasnya
Ki Kusumo mengajak kita untuk mencerna dan merenung. Bila perlu duduk bersama memikirkan penyebab terjadinya bencana alam tersebut atau tak sekadar memikirkan akibat pasca bencana.
“Ini isyarat dari gejolak alam. Kita harus sesegera mungkin memperbaiki sikap dan menyayangi bumi,” imbuhnya. Sumber :(Batari)Citra Indonesia
Gempa kembali mengguncang Ternate, Maluku. Ki Kusumo melihat bencana berurutan yang melanda negeri ini sebagai azab Tuhan karena manusia lalai menyayangi bumi.
Menurutnya, bumi kita sudah tua. Ibarat seorang nenek uzur, renta, bungkuk dan berjalan tertatih-tatih. Ia tak hanya perlu makan atau vitamin, namun juga butuh perhatian dan kasih sayang.
“Kita wajib introspeksi. Bumi kita terus menerus dieksploitasi habis-habisan. Dirusak sana sini dan kurang diperhatikan. Wajar jika bencana alam terus menerus terjadi,” tutur Ki Kusumo di sela-sela acara doa bersama LSM Gerbang untuk korban bencana alam Indonesia, di Jakarta, Senin (1/11/2010).
Ki Kusumo menambahkan, sesuatu yang berhubungan dengan konsep hayati harus benar-benar dipelihara.
“Manusia lalai. Semisal, unsur serap air habis dibikin bangunan, sehingga tak mampu diserap oleh bumi. Bumi kita butuh air, sama seperti nenek yang butuh minum membasahi kerongkongannya,” imbuhnya.
Jika hal itu dibiarkan dan terus berlanjut, bencana alam akan terus terjadi. Ki Kusumo mengingatkan bencana alam yang lebih besar masih akan terjadi di Indonesia.
“Masih ada 19 gunung berapi yang masih aktif. 15 diantaranya berstatus waspada,” pungkasnya
Ki Kusumo mengajak kita untuk mencerna dan merenung. Bila perlu duduk bersama memikirkan penyebab terjadinya bencana alam tersebut atau tak sekadar memikirkan akibat pasca bencana.
“Ini isyarat dari gejolak alam. Kita harus sesegera mungkin memperbaiki sikap dan menyayangi bumi,” imbuhnya. Sumber :(Batari)Citra Indonesia