d.jamoer - Kuliner Unik Budidaya Jamur

d.jamoer - all about jamoer
Jajanan Sehat dari Aneka Olah Masakan Jamur

Bandung Jawa Barat - kulinerkuliner.com
Sepertinya saya beruntung saat dihubungi seorang klien yang mempunyai usaha unik, yakni usaha kuliner yang menyajikan aneka olahan masakan dengan bahan baku utama jamur yang jarang ditemukan di tempat makan lain.

Saat bertemu dengan sang pembudi daya jamur, bapak Denny Ferdian Andaroe, yang akrab dipanggil pak Deni dengan mitranya pak Imam Ratrioso saya pun baru tahu bahwa usaha ini bermula dari perkebunan jamur dengan sistem plastic-bag yang tidak menggunakan tanah melainkan serbuk kayu.


Wah, saya pun jadi semakin tertarik. Apalagi ketika mengetahui bahwa proses pengolahan tanaman jamur yang relatif sangat singkat memanennya sepertinya budidaya jamur ini terdengar menjanjikan.
Menurut lelaki yang beristrikan Nia Kurniasih ini, bahwa cita rasa makanan olahan dari jamur juga tak kalah lezat dengan menu resep yang serupa dengan makanan aslinya yang menggunakan bahan baku daging.

Seperti Sate Jamur, yang mirip sate ayam, dengan rasa yummy. Crispy Jamoer yang benar-benar renyah.

Ada pula Kripik Jamur Tiram dengan rasa original, pedas dan hot chilly.

Ada pula Sup Jamur yang hmmmmm sepertinya jauh lebih menyehatkan daripada sup daging tentunya.

Imam Ratrioso
Lalu ada juga jamur goreng tepung dengan penyebutan nama yang cukup lucu, Kentucky Fried Jamur Tiram. Wah, menyebutkan namanya saja sudah bikin ngiler selera saya.

Kemudian perhatikan menu satu ini, Acar Jamur Tiram. Acar ini dibuat dari bahan jamur tiram dan minyak wijen plus bumbu seperti bawang putih, cabe, ecap dan cuka serta bumbu masak vetsin secukupnya. Hmmm kayaknya bukan saja gurih dan lezat tapi juga menyegarkan karena rasa asam cukanya itu.

Atau mungkin kita bisa mencoba Pepes Jamurnya yang mantap pisan euy. Rasanya gak kalah deh sama pepes ikan maupun pepes daging.

Belum lagi menu bergaya barat, yakni Jamur Bakar Saus Tiram. Bahan bakunya saja sudah jamur tiram, eh kuahnya juga saus tiram. Kayak apa rasanya tuh. Pastinya mantabs berat Kang!

Lalu kalau Anda bosan dengan menu ala barat itu, bisa Anda minta menu ala tradisional seperti Oseng-Oseng Jamur Tiram Pedas. Hmmm kalau Anda makan menu spesial ini dengan nasi panas meski tanpa sambal khas orang Sunda, tetap saja rasanya seperti di daerah pedesaan di kawasan tanah Pasundan banget deh!

Dan mengapa Deni, pria dua anak ini memfokuskan diri mengelola usaha kuliner dengan bahan baku jamur? Dengan logat Sundanya yang kental, kang Deni menjelaskan, "Di samping eksotiknya tanaman jamur yang bisa dijadikan bahan pangan, hal lainnya adalah karena harganya cenderung lebih murah dalam hal kualitas, porsi dan citarasa jika dibandingkan dengan menu makanan sejenis yang berbahan baku daging hewani."

Sepertinya ada tambahan kelebihan yang tak perlu dibayar dengan uang oleh para penikmat menu olahan jamur, yakni citra sehat (meskipun kenyataanya memang lebih menyehatkan daripada daging dalam beberapa hal) dan kesan eksotiknya. Seperti kata Dessy Ratnasari dalam satu iklan minuman tertentu, "Kalau nggak makan jamur yang eksotik ini, kayaknya gimanaaaaa gitcu!"

Memang menu makanan olahan jamur belum jadi kebutuhan makanan pokok bagi orang Indonesia, sementara waktu ini masih sebagai makanan pengganti, atau lebih tepatnya jajanan substitusi yang bisa menyerupai menu makanan berbahan baku daging, baik daging sapi, ayam bahkan kambing. Loh kok bisa? Nanti akan saya jelaskan dalam beberapa sajian menu khas jamurnya lebih rinci.

"Pada perkembangannya ke depan," papar Deni lagi, "d.jamoer akan dipadukan dengan perkebunan jamur dan konsultasi budidaya jamur. Sehingga di samping para pengunjung bisa menikmati makanan dengan bahan utama jamur, mereka juga bisa belajar dan mengetahui seluk beluk tentang perjamuran pada saat bersamaan".

Wah sepertinya ide pak Denny ini sangat idealis untuk sebuah tempat makan sehat yang menyediakan informasi komprehensif tentang setiap sajian makanan olahannya. Apalagi di tempat itu, setiap pengunjung d.jamoer bisa juga membawa pulang aneka jamur segar (tentunya yang bisa dikonsumsi) dan beragam olahan masakan jamur sebagai oleh-oleh.

Di tempat yang memang bernuansa eksotik itu, setiap pengunjung diperbolehkan untuk menikmati segarnya suasana perkebunan jamur sambil memetik setiap kilogram jamurnya sendiri dan membayar langsung untuk diserahkan kepada sang koki jamur sesuai dengan resep yang diminati. Jika ada sisa jamurnya, bisa dibawa pulang. Hal ini mirip dengan konsep rumah makan sate kiloan yang terkenal itu. Wah boleh juga tuh idenya. Bisa ditiru di tempat lain. Saya jadi ingat dengan tempat makan di Muara Karang, dimana kita bisa memilih sendiri ikannya per kiloan dan menyerahkan sang koki untuk memasaknya. Sisanya beberapa kilo ikan mentah segar bisa kita bawa pulang. Mantab bener Cuy!

Di warung makan d.jamoer itu yang ada di tengah perkebunan jamur memiliki fasilitas pendukung yang memadai seperti toilet dan musholla. Ditambah lokasinya yang ada di tengah pedesaan yang asri dan mudah dijangkau dari berbagai arah jalan di dekat Kota Bandung.

Kang Denny dan Mas Imam
Yang perlu juga dicatat adalah, d.jamoer sepertinya memang akan menerapkan pola kemitraan seperti frenchise alias waralaba.  Anda tertarik untuk berkunjung ke tempat makan sederhana d.jamoer yang sederhana dan asri ini? Telepon saja sang pemilik, pak Deni atau pak Imam di (021)9346.1965 atau (+62)857.2003.9977 dan bisa pula e-mail d.jamoer@yahoo.com

Sidik Rizal - webrizal.com

4 Komentar

Silakan Anda memberi komentar sebebasnya sepanjang tidak menyangkut masalah SARA dan pornografi serta kekerasan. Harap menggunakan kata-kata yang bijak dan efektif serta bermanfaat.

Lebih baru Lebih lama